A.
Judul
PENINGKATAN
AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS VI SD NEGERI 2
CIMERAKDALAM PEMBELAJARAN IPSMELALUI PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD
B.
Penulis
Nama :
Hj. Anih, S.Pd., M.Pd
Tempat Tugas : SD Negeri 2
Cimerak, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis
No. Tlp :
082118331922
C.
Abstrak
Penelitian ini dilakukan dalam rangka
memperbaiki kinerja guru dan siswa dalam pembelajaran
IPS melalui penerapan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).Tujuan
penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang sebelumnya diketahui kurang
memenuhi harapan pembelajaran.Siswa dimaksud, yakni kelas VI SD
Negeri 2 Cimerak, Kecamatan Cimerak, Kabupaten CiamisTahun Pelajaran
2011/2012.Waktu yang diperlukan selama tiga bulan, yakni bulan
Mei, Juni, Juli 2011.Rancangan penelitian yang ditempuh, yakni penelitian tindakan kelas, yang terdiri atas empat tahapan, yakni membuat perencanaan tindakan,
melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan merefleksi
tindakan. Penelitian tersebut dilaksanakan dalam tiga siklus.Adapun data
penelitian ini, meliputi catatan lapangan, catatan hasil
pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil evaluasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, tes, dan diskusi.Teknik analisis
data menggunakan teknik kualitatif model mengalir,
meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan data.
Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi) dengan kolabolator dan siswa.Setelah menyelesaikan
penelitian ini, diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
kelas VI SD Negeri 2 Cimerak dalam pembelajaran IPS
D.
Kata Kunci:
Mata Pelajaran
IPS, Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa, dan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Stu
dent Teams Achievement Divisions).
E.
Pendahuluan
a.
Latar
Belakang Masalah
Kurikulum
Pengetahuan Sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan pengetahuan
sosial. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak
hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi
bersumber pada modal intelektual, sosial, dan kepercayaan (kredibilitas).
Dengan demikian, tuntutan untuk terus-menerus memutakhirkan pengetahuan sosial
menjadi suatu keharusan. Pengembangan Kurikulum Pengetahuan
Sosial merespon secara positif berbagai
perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta tuntutan
desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program
pembelajaran pengetahuan sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
Kompetensi pengetahuan sosial menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan kecakapan hidup (lifeskill), penguasaan prinsip-prinsip sosial, ekonomi, budaya, dan
kewarganegaraan, sehingga tumbuh generasi yang kuat dan berakhlak mulia.
Wachidi
(dalam Kunandar, 2007:261) merumuskan tujuan pokok dari pengetahuan sosial,
yaitu: (1) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana bersikap terhadap
benda-benda di sekitarnya; (2) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana
cara berhubungan dengan manusia lain; (3) memberikan pengetahuan kepada manusia
bagaimana cara berhubungan dengan masyarakat sekitarnya; (4) memberikan
pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan alam sekitarnya;
dan (5) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan
tuhannya.
Memperhatikan
tujuan yang dikandung oleh mata pelajaran pengetahuan sosial, maka seharusnya
pembelajaran pengetahuan sosial di sekolah-sekolah merupakan suatu kegiatan
yang disenangi, menantang, dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar
mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid,
bahan ajar, dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung.
Lubis (2004:51) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan
kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa,
serta siswa dengan sumber belajar lainnya dalam satu kesatuan waktu dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Suryosubroto
(2007:262) menyatakan bahwa kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah
kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang
edukatif dan harmonis antara guru dengan peserta didik yang mencakup segi
kognitif, apektif, dan psikomotor, sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan yang matang sampai dengan tahap
evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Dari uraian di
atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran pengetahuan sosial mempunyai nilai
yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul,
handal, dan bermoral sejak dini hingga dewasa nanti. Hal yang menjadi hambatan
selama ini dalam pembelajaran pengetahuan sosial adalah disebabkan kurang
dikemasnya pembelajaran pengetahuan sosial berdasarkan metode yang menarik,
menantang, dan menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan materi
pengetahuan sosial secara apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran
pengetahuan sosial cenderung membosankan dan kurang menarik minat para siswa
yang pada gilirannya prestasi belajar mereka kurang memuaskan. Di sisi lain,
juga ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran pengetahuan sosial
masih rendah. Setidaknya, ada tiga indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki
keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan
sendiri. Dan, ketiga, siswa belum
terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain secara sehat.
Pembelajaran mata pelajaran pengetahuan sosial
sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang,
kurang bermakna, serta kurang terkait dengan kehidupan keseharian. Akibatnya,
banyak kritikan yang ditujukan kepada guru-guru yang mengajarkan mata pelajaran
ini, antara lain rendahnya daya kreasi guru dan siswa dalam pembelajaran,
kurang dikuasainya materi-materi pengetahuan sosial oleh siswa, dan kurangnya
variasi dalam pembelajaran.
Meningkatnya
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan membuat pelajaran lebih bermakna
dan berarti bagi kehidupannya. Dikatakan demikian, karena: (1) adanya
keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perencanaan KBM; (2) adanya
keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang
dimilikinya; dan (3) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam
mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.
Agar
pembelajaran pengetahuan sosial menjadi pembelajaran aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan (PAKEM) dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam rangka itu adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Untuk membuktikan hal itu, maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas pada
mata pelajaran ini.
b.
Indentifikasi
Masalah, Rumusan Masalah, dan Pemecahan Masalah
a)
Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi pada
latar belakang masalah di atas, kondisi yang ada pada saat ini adalah sebagai
berikut.
1. Pembelajaran
pengetahuan sosial yang telah dan sedang berlangsung di kelas masih berjalan
monoton.
2. Belum
ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.
3. Belum
ada kolaborasi antara guru dan siswa.
4. Metode
yang digunakan bersifat konvensional.
5. Masih
rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pengetahuan
sosial.
b)
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian
tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD agar dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial?
2. Apakah
penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
c) Pemecahan Masalah
Pemecahan
masalah, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil
belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, solusi yang diupayakan
dalam penelitian tindakan kelas ini, adalah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Besar harapan melalui penerapan model ini, baik yang berkaitan dengan masih
rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial, mengalami peningkatan yang berarti.
c.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian tindakan
kelas ini, baik bagi guru maupun siswa, sebagai berikut.
1. Guru
dapat meningkatkan strategi dan kualitas pengelolaan kegiatan belajar mengajar
ilmu pengetahuan sosial.
2. Siswa
merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk belajar lebih baik
lagi dalam menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan pada saat
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dalam konteks penelitian ini berlangsung.
3. Siswa
dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggungjawabkan
segala tugas individu maupun kelompok.
4. Seluruh
siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas.
d.
Kajian Pustaka
1.
Pembelajaran
Mata Pelajaran Pengetahuan
Sosial di Sekolah Dasar
Pembelajaran mata
pelajaran pengetahuan sosial bagi peserta didik di sekolah
dasar akan
lebih bermakna jika yang dipelajari berkaitan dengan pengalaman hidupnya, sebab
anak memandang suatu obyek yang ada di lingkungannya secara utuh. Kurikulum
yang terintegrasi memberikan sesuatu yang lebih berarti, sehingga peserta didik
akan memahami hubungan berbagai hal dan kejadian dalam kehidupannya (Mulyasa,
2003:196).
Lebih lanjut Mulyasa
(2003:196) mengemukakan kelebihan pengetahuan sosial terpadu, yaitu sebagai
berikut.
1)
Mengacu pada topik yang bermakna dan
bertujuan.
2)
Memfokuskan pada konsep dasar umum yang dapat
diterapkan pada berbagai kondisi dalam kehidupan daripada fakta yang terpisah.
3)
Meningkatkan nilai pengetahuan, pengalaman,
dan ketertarikan peserta didik.
4)
Menggambarkan secara mudah situasi kehidupan
sesungguhnya sebagai topik untuk belajar.
5)
Menciptakan pengalaman belajar yang saling
berhubungan daripada belajar yang tidak ada hubungannya.
6)
Memberi kesempatan untuk berlatih membaca,
menulis, dan berhitung secara lebih bermakna.
7)
Menekankan pada bagaimana belajar dan bukan
hanya belajar apa, sebab keterampilan dikembangkan dalam konteks.
8)
Menggunakan berbagai sumber belajar dan
pengalaman lapangan untuk mengembangkan pemahaman peserta didik.
9)
Mendorong peserta didik untuk berpikir logis
dan kritis, dan sistematis.
10)
Mendorong peserta didik untuk menerapkan apa
yang telah dipelajari.
2.
Hakikat
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial
1) Hakikat Aktivitas Belajar
Aktivitas
siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan
aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2006:272).
Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat
aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab,
meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran.
Metode belajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu
membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan
dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar (Hermawan,
2006:78).
Menurut
Kunandar (2006:272), indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: (1)
mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran; (2) aktivitas pembelajaran
didominasi oleh kegiatan siswa; dan (3) mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas
yang diberikan guru dalam LKS melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisons).
2) Hakikat Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1991:45), hasil belajar adalah suatu
akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes
yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes
perbuatan. Pendapat yang tidak jauh berbeda dikemukakan Nasution (1989:112),
bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak
hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan
dalam diri pribadi individu yang belajar.
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan
harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai
ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud
hasil belajar siswa adalah hasil ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata
pelajaran pengetahuan sosial.
3.
Hakikat Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Secara sederhana, namun jelas,
Kunandar (2006:265) memberikan pengertian bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi
yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.
Hasil telaah beberapa pustaka yang
digunakan diperoleh gambaran mengenai unsur-unsur pembelajaran kooperatif,
sebagaimana dikemukakan Hermawan (2006:73), bahwa unsur-unsur pembelajaran
kooperatif sedikitnya ada empat, yakni saling ketergantungan positif, interaksi
tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin hubungan.
Langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
dijelaskan Kunandar (2006:270), sebagai berikut.
1.
Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok, yang masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok.
Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik,
maupun kemampuannya (prestasinya).
2.
Guru menyampaikan materi pelajaran.
3.
Guru memberikan tugas kepada kelompok dengan
menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai
materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi
antarsesama anggota kelompok.
4.
Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada
seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru ke siswa tidak
boleh saling membantu.
5.
Setiap akhir pembelajaran guru memberikan
evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan akademik yang telah
dipelajari.
6.
Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas
penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual
atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi
penghargaan.
7.
Kesimpulan.
Pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
melalui tahapan sebagai berikut: (1) penjelasan materi pembelajaran; (2)
diskusi atau kerja kelompok belajar; (3) validasi oleh guru; (4) evaluasi
(tes); (5) menentukan nilai individu dan kelompok; dan (6) penghargaan individu
dan kelompok.
4.
Hipotesis
Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini
direncanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus
penelitian tindakan kelas tersebut, dapat diamati peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Dengan
demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1.
Dengan diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
2.
Dengan diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan
sosial.
F.
Metodologi Penelitian
a.
Subjek Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini, yaitu
siswa kelas VI SD Negeri 2 Cimerak, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun
Pelajaran 2011/2012, yang terdiri atas 18
orang siswa berjenis kelamin perempuan dan 23
orang siswa berjenis kelamin laki-laki, yang sedang menempuh semester 1 dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
b.
Setting Penelitian
Setting
dalam penelitian ini meliputi: tempat dan waktu
penelitian, serta siklus PTK. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.
Tempat
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Cimerak, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan pengelolaan proses
pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial.
2.
Waktu
Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2011/2012, yaitu bulan Juli
sampai dengan November 2011. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender
akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses
belajar mengajar efektif di kelas.
3.
Siklus
PTK
PTK
ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran Pengetahuan Sosial dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
c.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini
adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
1.
Tes dipergunakan untuk mendapatkan data
tentang hasil belajar siswa.
2.
Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan
data tentang partisipasi siswa dalam PBM dan implementasi pembelajaran
Pengetahuan Sosial, khususnya tentang membuat denah dan peta
lingkungan rumah dan sekolah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3.
Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data
tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran Pengetahuan Sosial tentang membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
4.
Diskusi antara guru, teman sejawat, dan
kolabolator untuk merefleksi hasil siklus PTK.
d.
Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap
kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif
dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran.
1.
Hasil belajar: dengan menganalisis nilai
rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang,
dan rendah.
2.
Aktivitas siswa dalam PBM: dengan
menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.
Implementasi pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions),
dengan cara menganalisis tingkat keberhasilan, kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
e.
Desain Penelitian
Penelitian ini
menggunakan desain penelitian tindakan kelas, yang berupa siklus perbaikan
pembelajaran yang dilakukan secara kolaborasi antara guru pelaksana tindakan,
teman sejawat dan kolabolator, serta siswa. Dalam setiap siklusnya, terdapat
empat tahapan, antara lain: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan,
dan (4) refleksi.
G.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
|
a.
Siklus I
Pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) pada siklus I, sudah dilaksanakan tetapi belum sesuai
dengan rencana. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan sebagai berikut.
1.
Sebagian kelompok belum
terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok.
2.
Sebagian kelompok belum
memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) secara
utuh dan menyeluruh.
Untuk
mengatasi masalah di atas, telah dilakukan
upaya sebagai berikut.
1.
Guru secara intensif memberi pengertian
kepada siswa mengenai kondisi
dalam berkelompok, kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok.
2.
Guru membantu kelompok yang
belum memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Pada akhir siklus I dari hasil pengamatan guru
dan kolaborasi dengan teman sejawat
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
Siswa mulai terbiasa dengan
kondisi belajar kelompok.
2.
Siswa mulai terbiasa dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3.
Siswa mampu menyimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions),
memiliki langkah-langkah tertentu.
Berdasarkan hasil
pengamatan dan evaluasi pembelajaran menunjukkan kondisi sebagai berikut.
1.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas
belajar siswa selama mengikuti pembelajaran
IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
I dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1
Perolehan
Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM
Siklus I
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
11
|
16
|
69
|
|
Hasanudin
|
12
|
16
|
75
|
|
Imam Bonjol
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Patimura
|
10
|
16
|
63
|
|
Cut Nya Dien
|
8
|
16
|
50
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
10
|
16
|
63
|
|
Kartini
|
11
|
16
|
69
|
|
Dewi Sartika
|
12
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
11
|
16
|
69
|
|
Grafik 1
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM
Siklus I

2.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru
pada PBM siklus I masih tergolong rendah
dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal
ini terjadi karena guru lebih
banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa
bagaimana melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3.
Hasil evaluasi pembelajaran siklus I menunjukkan penguasaan siswa
terhadap materi masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan
rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
Untuk mengetahui keberhasilan dan
kegagalanpembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
I, tim peneliti telah melakukan refleksi, yang
hasilnya sebagai berikut.
1.
Guru belum terbiasa
menciptakan suasana pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Hal ini diperoleh dari hasil observasi
terhadap aktivitas mengajar guru
dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
2.
Sebagian siswa belum
terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari
hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.
3.
Hasil evaluasi pada siklus I mencapai rata-rata 6,20, dan masih ada beberapa orang siswa yang kurang
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
4.
Masih ada kelompok yang
belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini
karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
5.
Masih ada kelompok yang
kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan
mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan pembelajaran
IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
IIdapat dibuat perencanaan
sebagai berikut.
1.
Memberikan motivasi kepada
kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2.
Lebih intensif membimbing
kelompok yang mengalami kesulitan.
3.
Memberi pengakuan atau
penghargaan (reward).
b. Siklus II
Pembelajaran
IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
II, sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Adapun
hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1.
Suasana pembelajaran sudah
mengarah pada proses belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa
dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama
anggota kelompok.
2.
Sebagian besar siswa merasa
termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3. Suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi
siklus II, menunjukkan perubahan yang
lebih baik dari siklus I.
Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1. Hasil
pengamatan terhadap aktivitas
siswa dalam PBM selama siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
2
Perolehan Skor Aktivitas
Belajar Siswa dalamPBM Siklus II
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
12
|
16
|
75
|
|
Hasanudin
|
13
|
16
|
81
|
|
Imam Bonjol
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Patimura
|
11
|
16
|
69
|
|
Cut Nya Dien
|
10
|
16
|
63
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
11
|
16
|
69
|
|
Kartini
|
12
|
16
|
75
|
|
Dewi Sartika
|
13
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
74
|
|
Grafik 2
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM
Siklus II

2.
Hasil observasi aktivitas mengajar guru dalam PBM pada siklus II tergolong sedang. Hal ini
berarti mengalami perbaikan dari siklus I.
Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
3.
Hasil evaluasi penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus II tergolong sedang, yakni dari
nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.
4.
Hasil evaluasi siklus II mengalami peningkatan yang
sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
Untuk mengetahui keberhasilan dan
kegagalan pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan
serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan
media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
II, maka tim peneliti melakukan refleksi, yang hasilnya
sebagai berikut.
1.
Aktivitas belajar siswa dalam PBM siklus II sudah mengarah ke
langkah-langkah belajar berdasarkan model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang
diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu
dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan
baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa
meningkat dari 69% pada siklus 1 menjadi 74% pada siklus II.
2.
Meningkatnya aktivitas siswa
dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan
meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal
ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari
61,36% pada siklus 1 menjadi 80% pada siklus II.
3.
Meningkatnya aktivitas siswa
dalam melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi diperoleh 6,20 pada siklus I meningkat menjadi 7,00 pada
siklus II.
4.
Meningkatnya rata-rata nilai
hasil evaluasi pada siklus II menjadi 6,53.
5.
Masih terdapat
beberapa orang siswa yang dinyatakan belum tuntas, karena hasil evaluasinya
kurang mencapai nilai yang telah ditetapkan sebagai kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Oleh karena itu, maka dilaksanakan pembelajaran
IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
III.
c. Siklus III
Pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
III, sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana serta
berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Adapun hasilnya
menunjukkan sebagai berikut.
1.
Suasana pembelajaran sudah
lebih mengarah pada langkah-langkah model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja
akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok
menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah
diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa
kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.
2.
Hampir semua siswa merasa
termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3.
Suasana pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.
Berdasarkan pengamatan dan
evaluasi siklus III,
hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas
belajar siswa selama mengikuti PBM siklus
III seperti tertuang pada tabel
berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM
Siklus III
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
14
|
16
|
88
|
|
Hasanudin
|
14
|
16
|
88
|
|
Imam Bonjol
|
15
|
16
|
94
|
Tertinggi
|
Patimura
|
13
|
16
|
81
|
|
Cut Nya Dien
|
12
|
16
|
75
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
13
|
16
|
81
|
|
Kartini
|
14
|
16
|
88
|
|
Dewi Sartika
|
14
|
16
|
88
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
85
|
|
Grafik 3
Perolehan Skor
Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM Siklus III

2.
Hasil pengamatan aktivitas mengajar guru dalam PBM siklus III mendapat rerata nilai
perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini berarti menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat signifikan
dari siklus sebelumnya.
3.
Hasil evaluasi siklus III menunjukkan penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal
100. Hal ini berarti penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
4. Hasil
evaluasi siklus III mengalami
peningkatan yang cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada
siklus I dan pada siklus II 6,53.
Untuk mengetahui keberhasilan dan
kegagalan pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
III, tim peneliti telah melaksanakan refleksi, yang
hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1.
Aktivitas belajar siswa dalam PBM siklus III sudah mengarah ke
langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Siswa mampu membangun kerja sama dalam
kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi
dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu
mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi
terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi 85% pada siklus III.
2.
Meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam PBM siklus III didukung oleh meningkatnya
aktivitas mengajar guru, baik dalam mempertahankan dan
meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Guru secara intensif membimbing siswa,
terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil
observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus II menjadi 91% pada siklus III.
3.
Meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan
evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai
materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada
siklus III.
4.
Meningkatnya rata-rata nilai evaluasi dari 5,48 (siklus I) menjadi 6,53 (siklus II) dan 7,33 (siklus III).
5.
Seluruh siswa
mencapai kriteria ketuntasan minimal, sehingga PTK berakhir sampai siklus III.
H.
Simpulan dan Saran
a.
Simpulan
Setelah membahas hasil penelitian
tindakan kelas yang telah dilakukan, akhirnya dapat diambil simpulan guna
menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian, yaitu sebagai berikut.
1. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya menempuh tahapan
strategis berikut: (1) menyusun perencanaan berdasarkan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions);
(2) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas
dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas
dan hasil belajar siswa agar diperoleh hasil
yang lebih baik. Proses yang ditempuh dalam setiap tahapan
ini, baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas dari ketentuan yang
berlaku, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa bukan
saja secara bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini, tetapi juga hasil
yang didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa menjadi aktif dan
memahami perannya sebagai apa dalam anggota kelompok kooperatif. Antarsiswa
bukan saja tampak merasa senang dan antusias saat berbagi ide dan bertanya jawab, tetapi juga santun dalam
melakukan hal itu. Itu sebabnya model pembelajaran ini diterapkan dengan
menempuh tahap tersebut guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
sebagaimana yang diharapkan.
2. Penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions),
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam dalam pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya. Selain aktivitas
belajar siswa terkesan lebih bermakna, potensi aktifnya pun dalam menggali ide,
saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi ajar, bertanya
jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak
melukai perasaan satu sama lain. Hal
ini telah memberi dampak positif pada peningkatan hasil
belajar masing-masing siswa.
b.
Saran
Ada beberapa
saran yang diajukan, yakni sebagai berikut.
1.
Model
pembelajaran kooperatif tife STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) sebaiknya diterapkan dengan mempertimbangkan konteks permasalahan, agar
terjadi suatu kondisi yang diharapkan. Penerapan model pembelajaran ini pada
siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini, dinilai cocok, tetapi belum
tentu pada siswa yang lain. Untuk membuktikan hal itu, sebaiknya guru mencoba
menerapkan model pembelajaran tersebut kepada para siswanya.
Hal-hal yang
harus ditindaklanjuti agar diperoleh hasil yang lebih baik, yakni dalam
pemberian bimbingan kepada siswa terkait dengan belajar dalam kelompok, agar
antarsiswa dapat terjadi saling belajar, saling memberi dan menerima masukan
yang positif, dan saling menghargai sudut pandang.Hal itulah yang dianggap
masih perlu ditingkatkan pada siswa yang menjadi subjek penelitian ini.
I.
Daftar Rujukan
Arikunto, Suharsimi.
2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta:Bumi Aksara.
Barr, Robert., Bart,
James L. & Shermis, S. Samuel. 1978. The
Nature of The Social Studies. California: ETC Publication.
Borg & Gall.
2003. Educational Research. New York:
Allyn and Bacon.
Depdiknas. 1997. Sumber dan Media Pembelajaran IPS. Pusat
Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Hermawan, Asep. 2007.
Pengembangan Profesi Guru Melalui
Tindakan Reflektif dan Aplikatif Diri Menjadi Peneliti Mahir dalam Penelitian
Tindakan Kelas. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
----------------------. 2007. Strategi
Peningkatan Kinerja Guru dalam Mengelola Pembelajaran Melalui Penelitian
Tindakan Kelas Secara Profesional dan Bermutu. Makalah: Tidak
Dipublikasikan.
Ibrahim, Muslimin.
2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: University Press.
Idrak, M.,dkk. 2007. Ringkasan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Lengkap. Yogyakarta: Messemedia.
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Moloeng, Lexy J.
2000. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Natawidjaja, Rohman.
1985. Cara Belajar Siswa Aktif dan
Penerapannya dalam Metode Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Dikdasmen Depdiknas.
Nasution, S. 1989. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung:
Jemmars.
Sudjana, Nana. 1991. Model-model Mengajar CBSA. Bandung:
Sinar Baru.
-------------------.
2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung : Sinar Baru.
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta:
Direktorat Tenaga Kependidikan.
Wachidi. 2000. Inovasi Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial
SMP di Kota Bandung. Disertasi tidak Diterbitkan: PPS UPI Bandung.
Wiriaatmadja,
Rochiati. 2005. Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar